2:41 AM
Unknown
ADVERTISME
MENGENAL TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA. Ketika menjelang kemarau guyuran air hujan sangat ditunggu-tunggu, namun hal itu menjadi terbalik ketika curah hujan sangat tinggi, banjir terjadi dimana-mana,sehingga banyak yang dirugikan secara material, namu itulah fenomena alam yang teradi, bagaimanapun kita harus bisa meyikapinya secara bijak. berbagai cara dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi banjir, khususnya di Jakarta yang akhir-akhir ini terkena bencana banjir, pihak BNPB bersama BPPT mencoba melakukan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) di atmosfer atas Jakarta agar bisa mengurangi curah hujan. Tapi apakah TMC itu?
Seperti yang dikutip dari blog Soerya.Surabaya.go.id, TMC khususnya hujan buatan sebenarnya bukanlah pekerjaan membuat atau menciptakan hujan.
"Teknologi ini hanya berupaya untuk meningkatkan dan mempercepat jatuhnya hujan, yakni dengan cara melakukan penyemaian awan (cloud seeding) menggunakan bahan-bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air), sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan," papar blog tersebut.
TMC saat ini sudah menjadi salah satu solusi teknis yang dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi bencana, yang ditimbulkan oleh karena adanya penyimpangan iklim/cuaca.
TMC bukanlah hal baru di dunia, karena teknologi ini sudah dipakai oleh lebih dari 60 negara untuk berbagai kepentingan.
Dipaparkan lebih lanjut, sejarah TMC dunia bermula pada tahun 1946 ketika Vincent Schaefer dan Irving Langmuir mendapatkan fenomena terbentuknya kristal es dalam lemari pendingin, saat Schaever secara tidak sengaja melihat hujan yang berasal dari nafasnya waktu membuka lemari es.
Lalu pada tahun 1947, Bernard Vonnegut mendapatkan terjadinya deposit es pada kristal perak iodida (Agl) yang bertindak sebagai inti es. Vonnegut tanpa disengaja suatu hari melihat titik air di udara ketika sebuah pesawat tebang dalam rangka reklame Pepsi Cola, membuat tulisan asap nama minuman itu.
Kedua penemuan penting di atas merupakan tonggak dimulainya perkembangan modifikasi cuaca di dunia untuk selanjutnya.
TMC di Indonesia pertama kali dikaji dan diuji pada tahun 1977 atas gagasan Presiden Soeharto (Presiden RI saat itu) yang difasilitasi oleh Prof.Dr.Ing. BJ Habibie melalui Advance Teknologi sebagai embrio Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dibawah asistensi Prof.Devakul dari Royal Rainmaking Thailand.
TMC yang dilakukan oleh BNPB bersama BPPT pada pekan lalu adalah untuk menghambat pertumbuhan awan, dan menjatuhkan hujan di luar daerah rawan banjir.
Operasi TMC digelar atas permintaan Gubernur DKI Jakarta kepada Kepala BNPB pada pekan lalu agar dilaksanakan TMC untuk mendistribusikan hujan di DKI Jakarta dan sekitarnya.
BNPB pun meresponnya melalui kerjasama dengan BPPT selama dua bulan, yakni mulai tanggal 26 Januari sampai dengan 25 Maret 2013. ikh]
0 comments:
Post a Comment